Adalah di kebun sawit di Muara Bulian
Seorang bayi perempuan belum genap usia untuk hadir ke muka bumi
Dicampakkan bersama sebuah kardus mi
Ditemukan mati saat para kuli perkebunan menurunkan buah-buah sawit dari tandan
Ia dipaksa lahir dari rahim perempuan lima belas tahun
Perempuan tanggung yang tak mengerti mesti apa saat kakak kandungnya memaksa untuk buka celana berbulan-bulan silam
Laki-laki delapan belas tahun berjiwa kerupuk itu juga sama tak mengertinya
Atau lebih tolol, bahkan untuk mengendalikan kemaluan sendiri ia tak bisa
Adik sendiri menjadi korban ketololan
Apa yang ada di pikiran ibu dari dua adik-beradik itu?
Ialah berupaya membunuh mahluk hidup dalam perut anak perempuannya sedini mungkin
Ia memijat-mijat
Ia memberi ramuan
Ia yang mengantarkan ke tempat aborsi
Ia yang mencampakkan bakal cucunya di kebun sawit
Kabar jadah ini ketahuan!
Atas nama hukum perempuan tanggung yang juga adalah korban perkosaan divonis
Mendekam beberapa bulan di penjara beralaskan koran memuat berita mengenai dirinya
Laki-laki kerupuk diganjal dua tahun
Hanya dua tahun!
Mengagumkan bagi otak yang tak mampu mengendalikan kemaluan!
Ibu mereka juga turut diperkarakan
Karena cukup banyak turut andil dalam pembunuhan
Lalu malaikat pencatat bingung
Siapakah yang mesti ditulis sebagai pendosa diantara mereka?
Ibu tanggung yang malang karena mengizinkan bayi di kandungannya dibunuh?
Ayah bermental kerupuk yang sama sekali tak pantas disebut laki-laki?
Nenek yang tak ingin bercucu rasa malu?
Atau para hakim yang palunya terdengar amat nyaring hanya ketika menghukumi orang-orang lemah?
Kabar pembunuhan itu tiba ke telinga malaikat maut
Ia ongkang-ongkang di atas awan
Ia telah jadi pengangguran
Papringan, 2018.