Jurnal I.S. Siregar

Karena menulis adalah celoteh rindu …

Tempe

Gambar diambil dari https://www.123rf.com/photo_15623350_tempe-is-traditional-food-of-java.html

Tahun 1996, sekitar 9.000 orang di Jepang terserang wabah E coli O-175 yang tercemar dalam daging olahan. Dalam sehari, orang-orang itu buang air besar lebih dari tiga kali sehari, muntah yang tak terhitung dan perut yang nyeri minta ampun. Akibatnya, badan kian lemas dan asupan yang masuk sedikit sekali tercerna. Ratusan orang meninggal sebagai dampak akhir dari wabah ini. Kepanikan adalah udara yang dihirup masyarakat Jepang kala itu.

Adalah tempe, si juru selamat dari kasus di atas. Orang-orang Jepang mengubah kebiasaan mereka yang gandrung akan daging menjadi pemakan tempe. Tempe diolah menjadi tempe bakar, tempe miso, tempe tempura, tempe steak dan tempe burger. Singkat kata, tempe menyelamatkan mereka dari wabah E coli O-175.

Lanjutkan Membaca

Panduan Filosofis á la Buddha untuk yang Sedang Putus Cinta

Semua orang yang pernah menjalani  kisah asmara paham, putus cinta bisa menjadi hal yang amat menyakitkan. No debate. Akan lebih jauh menyakitkan bila hubungan itu kandas saat tahap terakhir dalam pacaran dilewati. Sudah hendak menikah, tetapi restu orang tua tidak didapat. Butuh waktu berbulan-bulan bahkan menahun untuk memulihkan luka akibat putus cinta. Kepedihan itu muncul dari banyak faktor, bisa muncul dari dalam diri atau lebih banyak muncul dari luar diri yang sepenuhnya tidak bisa kita kontrol.

Dalam pandangan Buddha, menderita setelah mengalami putus cinta adalah tanda bahwa situasi yang kita alami bermasalah. Ada yang kurang tepat dengan cara kita menganggapi situasi tersebut. Seorang Buddhis akan berkata, “Masalahnya bukan terletak pada putus cinta, kehilangan seseorang yang pernah hadir dalam hidup kita adalah hal yang lumrah, demikian itu adalah bagian dari cara semesta yang tidak abadi ini berlangsung.”

Lanjutkan Membaca

Senjakala Koran atau Senjakala Korang*?

Gambar dinukil dari fidzi.comNewspaper karya Suyog Mankar
https://www.fizdi.com/newspaper-art_7163_42946-handpainted-art-painting-13in-x-10in/

Jika Anda berkunjung ke kantor Facebook, akan Anda temukan ke mana pun mata memandang  tulisan “Move Fast and Break Things”. Ya, bergerak cepat dan terobos segalanya. Facebook dengan kuda pacu internet memang telah menerobos banyak hal.[1] Bayangkan! 52% perusahan yang masuk dalam jejeran Fortune 500 tidak lagi eksis secara fisik.[2] Perusahaan transportasi tidak lagi memiliki kendaraan. Raksasa usaha perhotelan tidak lagi memiliki bangunan hotel. Koran-koran tidak lagi mengutus wartawan untuk menyaksikan pertandingan sepakbola  demi sebuah narasi yang ciamik, tinggal memakai program komputer semua data statistik pertandingan bisa diubah menjadi kata-kata dan voila! Jadilah rubrik sepakbola.[3]

Lanjutkan Membaca

Apa Rasanya Menjadi Tetumbuhan?

“Saya tidak pernah yakin, dan tidak pernah selalu percaya, bahwa tulisan saya dibaca orang. Saya berasal dari sebuah negeri yang resminya sudah bebas buta huruf, namun bisa dipastikan masyarakatnya sebagian besar belum membaca secara benar, yakni membaca untuk memberi makna dan meningkatkan nilai kehidupan. Masyarakat kami adalah masyarakat yang membaca hanya untuk mencari alamat, membaca untuk mengetahui harga-harga, membaca untuk melihat lowongan pekerjaan, membaca untuk menengok pertandingan sepak bola, membaca karena ingin tahu berapa persen diskon obral besar di pusat perbelanjaan, dan akhirnya membaca subtitle opera sabun di televisi untuk mendapat sekedar hiburan. Sementara itu, bagi lingkaran ekslusif kaum intelektual di negeri kami, apa yang disebut puisi, cerita pendek, atau novel, barangkali hanya dianggap mainan remaja saja. Dalam masyarakat semacam itu, apakah seorang penulis ada gunanya?”

Lanjutkan Membaca

Dunia yang Kaya Informasi

apps blur button close up

Photo by Pixabay on Pexels.com

Bayangkan, teman anda mengajukan pertanyaan pada anda. Lalu anda mencoba menjawab pertanyaan itu dengan upaya agar ia mendapat jawaban yang komprehensif. Sebelum anda sampai pada inti jawaban, teman anda tiba-tiba memotong dan mengajukan pertanyaan lain. Jawaban pun anda berikan. Kali ini teman anda tidak memotong dengan pertanyaan lain, tetapi memberikan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Dan anda menyimak sampai tuntas pertanyaan yang menjawab dirinya sendiri itu. Pertanyaan lain yang ke-sekian kalinya pun dilontarkan. Anda, dengan kesabaran Atlas yang tidak pernah lelah menopang bumi, kemudian mencoba merespon. Anda berhasil memberikan pemaparan panjang. Teman anda, tampak diam mendengarkan tetapi matanya kosong. Ia lebih sibuk menggerakkan jari-jemarinya di layar gawai. Cahaya redup terpapar di wajahnya. Anda selesai dengan respon anda. Teman anda terus saja khusyuk dengan benda kecil di genggamannya. Apa yang anda rasakan saat momen-momen seperti itu terjadi menimpa anda? Baca entri selengkapnya »

Sajak Kabar Pembunuhan

 

Adalah di kebun sawit di Muara Bulian
Seorang bayi perempuan belum genap usia untuk hadir ke muka bumi
Dicampakkan bersama sebuah kardus mi
Ditemukan mati saat para kuli perkebunan menurunkan buah-buah sawit dari tandan

Ia dipaksa lahir dari rahim perempuan lima belas tahun
Perempuan tanggung yang tak mengerti mesti apa saat kakak kandungnya memaksa untuk buka celana berbulan-bulan silam

Laki-laki delapan belas tahun berjiwa kerupuk itu juga sama tak mengertinya
Atau lebih tolol, bahkan untuk mengendalikan kemaluan sendiri ia tak bisa
Adik sendiri menjadi korban ketololan

Apa yang ada di pikiran ibu dari dua adik-beradik itu?
Ialah berupaya membunuh mahluk hidup dalam perut anak perempuannya sedini mungkin
Ia memijat-mijat
Ia memberi ramuan
Ia yang mengantarkan ke tempat aborsi
Ia yang mencampakkan bakal cucunya di kebun sawit

Kabar jadah ini ketahuan!
Atas nama hukum perempuan tanggung yang juga adalah korban perkosaan divonis
Mendekam beberapa bulan di penjara beralaskan koran memuat berita mengenai dirinya

Laki-laki kerupuk diganjal dua tahun
Hanya dua tahun!
Mengagumkan bagi otak yang tak mampu mengendalikan kemaluan!

Ibu mereka juga turut diperkarakan
Karena cukup banyak turut andil dalam pembunuhan

Lalu malaikat pencatat bingung
Siapakah yang mesti ditulis sebagai pendosa diantara mereka?
Ibu tanggung yang malang karena mengizinkan bayi di kandungannya dibunuh?
Ayah bermental kerupuk yang sama sekali tak pantas disebut laki-laki?
Nenek yang tak ingin bercucu rasa malu?
Atau para hakim yang palunya terdengar amat nyaring hanya ketika menghukumi orang-orang lemah?

Kabar pembunuhan itu tiba ke telinga malaikat maut
Ia ongkang-ongkang di atas awan
Ia telah jadi pengangguran

Papringan, 2018.

Membaca

images (6)

acehotel.com

Kata orang-orang membaca itu penting. Apa iya? Ataukah itu pemanis lidah saja? Masa sih, di abad dengan ruh zaman “serba instan” masih percaya membaca itu penting? Karena mau tak mau, membaca banyak butuh waktu yang tak sedikit. Dari pada membaca, lebih baik cari kesibukan yang ada hasilnya, sana!

Membaca itu penting? Sepenting apa? Kalau memang penting, kok penelitian terbaru mengatakan minat baca rakyat Indoneisa berada di peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti. Itu artinya, dalam soal membaca, Indonesia berada diperingkat kedua dari belakang. Tak usah berdebat apa iya sederet angka yang oleh alat-alat statisktik mampu merepresentasikan realita. Jawabannya sudah pasti mustahil! Mana mungkin realita yang rumit berkelit-kelit bisa dikuantifikasi menjadi sederet angka! Tapi, setidaknya penelitian itu bisa menjadi secuil gambaran atau potongan puzzle dari realita. Baca entri selengkapnya »